Sejarah Sepeda Di Indonesia


Di Indonesia, sepeda diperkenalkan oleh para penjajah di Indonesia, terutama penjajah Belanda. Pada perkembangan awalnya sepeda merupakan barang elit yang hanya dimiliki oleh para pejabat /  petinggi Belanda dan para bangsawan lokal. Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya, sepeda menjadi alat umum yang juga banyak dimiliki oleh kalangan biasa.

Pada zaman penjajah ini pula dikenal arena balap sepeda. Bahkan balap sepeda sebetulnya sudah cukup lama dikenal di Indonesia, bahkan jauh sebelum Perang Dunia II sudah ada beberapa pembalap sepeda yang dibiayai oleh kaum pengusaha seperti perusahaan Tropical, Triumph, Hima, Mansonia dan lain-lain. Mereka dapat dikategorikan sebagai pembalap sepeda profesional. Padahal waktu itu masih jaman penjajahan Belanda. Memang perkembangan olahraga balap sepeda cukup menguntungkan waktu itu, khususnya kota Semarang menjadi pusat kegiatan balap sepeda. Oleh arsitek Ooiman dan Van Leuwen didirikanlah sebuah velodrome. Velodrome dalam bahasa Belanda disebut Wielerband, atau “Pias” dalam Bahasa Indonesia. Pada jaman Jepang boleh dikatakan kegiatan balap sepeda terhenti. Baru ketika kederdekaan diproklamasikan, para penggemar balap sepeda kembali mencoba mempopulerkan. Meski belum terorganisir dalam satu wadah, tetapi secara perseorangan kegiatan olahraga balap sepeda nampak berkembang kembali. Sebagai contoh terbukti ketika PON II/1951 berlangsung di Jakarta, balap sepeda termasuk cabang olahraga yang diperlombakan.

Ikatan Sport Sepeda Indonesia atau disingkat ISSI baru didirikan tepat pada hari peringatan Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1956 di kota Semarang. Sebelum itu di tahun 1951, beberapa daerah sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan balap sepeda, seperti Yogyakarta, Solo, Surabaya, Semarang, Jakarta, Medan, Manado dan Bandung. Terbentuklah perkumpulan-perkumpulan Balap Sepeda, yaitu :
  • ISSS   :  Ikatan Sport Sepeda Semarang
  • PBSD : Persatuan Balap Sepeda Djakarta
  • ISSJ   :  Ikatan Sport Sepeda Jogjakarta
  • IPSS  :  Ikatan Pembalap Sepeda Solo
  • PSBS :  Perkumpulan Sepeda Balap Surabaya
  • PBMS : Perkumpulan Balap Sepeda Medan dan Sekitarnya
  • Super Jet : Perkumpulan Balap Sepeda dari Bandung
  • PSBM : Perkumpulan Sepeda Balap Manado
Jawa Tengah yang sejak semula memang menjadi pusat kegiatan olahraga balap sepeda di tanah air, terutama di kota Semarang dengan Ikatan Sport Sepeda Semarang, merupakan sumber inspirasi kelahiran ISSI. Hal ini bertitik tolak atas keinginan untuk mempersatukan perkumpulan yang ada di seluruh Indonesia, agar pembinaan Balap Sepeda secara nasional dapat lebih mudah dilakukan. Gerakan ini didahului dengan lahirnya ROSBADT, singkatan dari Rombongan Sepeda Balap Djawa Tengah. Impian dan harapan mereka menjadi kenyataan, ketika menjelang bulan Mei 1956 di kota Semarang terbentuklah Panitia Penyelenggara Kongres dan Kejuaraan Nasional yang pertama. Kegiatan ini mendapat dukungan pejabat, baik di kalangan sipil maupun militer, yang sanggup berperan serta dalam Kongres maupun Kejurnas ISSI.

Pada tanggal 20 Mei 1956, selama empat hari penuh diadakan sidang yang dihadiri oleh organisasi-organisasi Balap Sepeda dari Semarang, Jakarta, Solo, Surabaya, Bandung, Medan dan Manado yang menetapkan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) merupakan organisasi pusat dari seluruh perkumpulan Balap Sepeda di Indonesia, yang berazazkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta Amatirisme.

Tercatat dalam data, sebagai Ketua Umum PB ISSI adalah sebagai berikut :
  • S. Soeroso, Ketua Umum 1 dan pendiri PB ISSI dari tahun 1956 – 1969
  • Periode I : 1956 – 1958 – Letkol S. Soeroso.
  • Periode II : 1958 – 1960 – Letkol S. Soeroso.
  • Periode III : 1960 – 1963 – Letkol S. Soeroso.
  • Periode IV : 1963 – 1967 – Letkol S. Soeroso.
  • Periode V : 1967 – 1969 – Letkol S. Soeroso.
  • Periode VI : 1969 – 1971 – Komodor  ( L )  R. Soehardjo.
  • Periode VII : 1971 – 1973 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio.
  • Periode VIII : 1973 – 1977 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio.
  • Periode IX : 1978 – 1982 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio.
  • Periode X : 1983 – 1987 – Harry Sapto.
  • Periode XI : 1987 – 1991 – Harry Sapto.
  • Periode XII : 1991 – 1996 – Harry Sapto.
  • Periode XIII : 1996 – 2003 – Harry Sapto.
  • Periode XIV : 2003 – 2007 – Harry Sapto.
  • Periode XV : 2008 – 2012 – Phanny Tanjung.

Referensi :
- Raditya Daniswara, Fixie, Second Hope, Jakarta, 2011

0 comments:

Post a Comment

Followers

 

Bicycle Story. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Belajar Blog Bisnis Online